Read more at http://lenterablogger.blogspot.com/2012/04/cara-buat-auto-read-more.html#jdBSQSIVISDqbFPD.99

Minggu, 02 Desember 2012

To the Beginning ~ Taiyou no Hana (始まりへ~太陽の花 ) Ending



Kimi no yasashisa ga kikoeterkuru yo
Sono hitomi wo shinjite itsumademo
Your Eyes – Arashi

Kaho menuruni anak tangga dengan cepat sehingga kakinya sedikit terkilir saat tiba di lantai dasar. Haruma yang mengejarnya langsung menarik lengan kiri Kaho dan membawanya ke tempat yang tidak begitu ramai di belakang sekolah.
Hanase!
“Tenanglah, Kaho, aku tahu apa yang kau rasakan, jadi...”
“Memangnya kau tau apa tentangku!!” sedetik kemudian Kaho merasa menyesal telah membentak Haruma, rasa bersalah menggelayuti dirinya, “Gomen...”
“Aku memang tidak tahu apa-apa tentang dirimu,” sahut Haruma tersenyum. “Tapi setidaknya aku mengerti, kok, apa yang kau rasakan.”
“Dengar,” lanjut Haruma. “Kudou tidak mengenaliku, jadi mungkin aku bisa memisahkan dia dengan anak buahnya. Setelah itu, kau bisa menemuinya, Kaho.”
“Tapi, aku—tidak—kita bisa mengatasi mereka sekaligus, Haru-kun! Aku...”
“Di tempat seramai itu? Kau tidak mau terjadi keributan kan? Lebih baik aku memisahka mereka, aku bisa menangani anak buah Kudou, karena kondisimu sekarang belum tentu sanggup mengatasi orang-orang itu. Cukup kau fokuskan masalahmu dengan Kudou, sisanya biar aku yang selesaikan,” jelas Haruma.
Kaho beripikir, ada benarnya juga apa yang dikatakan Haruma. Saat ini dia tidak mungkin melawan orang dalam jumlah yang banyak, jadi dia setuju dengan ide Haruma. Kemudian Haruma mengajak Kaho untuk bersembunyi di lab kimia yang kosong. Dan Haruma meninggalkan Kaho di ruangan itu lalu pergi untuk menemui Kudou.
“Aku akan menelponmu saat aku berhasil memisahkan mereka!” ucapnya sebelum meninggakan Kaho. Namun Kaho sedikit heran, karena dia sama sekali belum memberitahu nomor ponselnya.
“Yappari, Gassai Yuno mitai” batin Kaho.
**
Kaho yang sedang asyik memperhatikan tabung-tabung reaksi dikejutkan oleh suara ponselnya.
Moshi-moshi...”
“Kaho, aku sudah berhasil memisahkan Kudou! Dia sekarang berada di bagian barat gedung sekolah!”
Kaho langsung memutuskan teleponnya dan langsung keluar dari lab. Jika memang dia masih berada disana, Kaho bisa menemukan Kudou kurang dari lima menit karena laboratorium kimia dekat berada di gedung bagian barat. Dan benar saja, tidak sampai tiga menit Kaho menemukan Kudou sedang berjalan ke arah belakang sekolah.
“KUDOU!!!”
Kaho meneriaki namanya lantang setelah mereka berada di taman belakang sekolah yang sepi. Saat Kudou berbalik, dia sedikit terkejut melihat siapa yang baru saja memanggilnya.
“Hoo, tidak sangka aku akan bertemu denganmu disini, Kaho-chan.”
Kaho merasa jijik saat Kudou menyebutnya seperti itu. Matanya memanas menahan amarahnya dan kepalan tangannya semakin keras, menunggu waktu yang tepat untuk mendaratkannya di wajah Kudou.
“Katanya kau mencariku, Kaho-chan? Ada apa? Kau rindu denganku?”
“Lebih baik aku mati daripada merasakan hal menjijikan itu kepadamu!”
“Hooo, lalu kau mau apa setelah bertemu denganku?”
Kudou yang hendak berbicara lagi harus menutup mulutnya karena sedetik kemudian Kaho sudah mendaratkan tinju di wajahnya. Kudou jatuh tersungkur ke tanah, namun dia dapat berdiri lagi tidak lama setelah dia terjatuh dan mengelap darah segar yang mengalir di sudut bibirnya.
“Hahahaha, untuk ukuran perempuan kuat juga kau!” tukas Kudou. “Ini yang kau inginkan dariku, Kaho-chan?”
“Hanya memukulku sekali? Tidak, aku masih ingin mengahajarmu lebih mengingat apa yang kau lakukan terhadap keluargaku!!”
“Hooo, memangnya apa yang sudah kulakukan terhadap keluargamu?”
Kaho merasa geram melihat kepura-puran Kudou. Namun dia tidak mau bertindak ceroboh mengingat yang dihadapinya adalah Kudou.
“Kau tidak membawa benda kesayanganmu itu, Kudou? Benda yang telah merenggut nyawa orang satu tahun yang lalu,” tukas Kaho. Kudou pun tersenyum bagitu Kaho berbicara seperti itu dan merogoh kantung celananya
“Maksudmu ini?” ujar Kudou sambil memamerkan pisau lipatnya di hadapannya. Kaho sangat mengenali pisau tersebut. Pisau yang telah merenggut nyawa Hikaru dan mungkin juga merenggut nyawa ayahnya.
“Apakah kau membunuh ayahku juga dengan pisau itu?”
Saa, wakanne...
Dan yang terjadi kemudian adalah Kudou menyerang Kaho. Kaho yang sudah mengantisipasi gerakan Kudou dapat menghindarinya dan langsung mengayunkan kaki kanannya ke arah perut Kudou. Kaho sedikit meringis karena kaki kanannya belum sembuh sepenuhnya. Namun yang terjadi Kudou menangkap kaki Kaho dan menghunuskan pisau ke arahnya. Kaho yang sedikit terkejut langsung menekuk kakinya dan menendang rahang Kudou dengan dengkulnya.
Serangan demi serangan dilancarkan oleh Kudou dan Kaho. Mereka pun menghindari serangan tersebut sebisanya, Kaho harus menerima sayatan pisau di lengan kanan, bahu dan kaki kirinya, sedangkan Kudou, dia hanya mengeluarkan darah di sudut bibirnya saja, tapi pukulan yang dilancarkan Kaho tidak menjamin tidak adanya luka di seluruh tubuh Kudou.
“Ternyata kau hebat juga, Kaho-chan,” ujar Kudou sambil mengelap darah di bibirnya.
Kaho tidak menyahut perkataan Kudou. Kaho mengakui bahwa Kudou cukup kuat juga karena sekarang Kaho sibuk mengatur nafasnya yang berat.
“Dame da! Aku tidak bisa mengalahkannya jika terus seperti ini,” batin Kaho. Kaho pun merilekskan tubuhnya dan tidak memasang kuda-kuda. Setelah menghirup dan menghembuskan nafasnya secara pelan, Kaho sudah bisa sedikit fokus dan tahu apa yang harus dilakukannya jika Kudou kembali menyerang. Tidak beberapa lama, Kudou kembali menyerang, menguhunuskan pisaunya ke arah Kaho, namun Kaho menunduk saat pisau itu hampir menancap di tubuhnya, dan meninju perut Kudou dan memukul tengkuk lehernya sehingga Kudou jatuh terjerembab menghadap tanah dan tidak sadarkan diri.
**
Ato ichido dake kiseki wa okoru darou
Yasashii koe de egaku yuganda mirai
Kalafina – To the Beginning

Haruma mengoleskan disinfektan pada luka sayatan di tubuh Kaho. Sekarang mereka berada di ruang kesehatan, Kudou dan anak buahnya sudah ditangkap oleh polisi yang dibawa Haruma. Kaho sempat menanyakan kenapa setiap Haruma datang selalu saja disertai polisi. Haruma hanya tersenyum dan mengatakan bahwa ayahnya kepala polisi di kepolisian. Kaho tidak menduga hal itu karena selama dia tinggal di rumahnya, sama sekali tidak ada ciri-ciri bahwa ayah haruma adalah seorang polisi.
“Tentu saja kamu tidak menyadarinya karena kamu tidak memperhatikannya, baka!” ujar Haruma. “Dia sedang menangani kasus sehingga jarang pulang. Saat dia pulang tempo hari, kau sudah tertidur. Tentu saja aku memberitahu tentang dirimu dan masalahmu itu. Ternyata sebelum ayah dipindah tugaskan, ayah pernah mendengar kasusmu itu di kepolisian yang dulu.”
“Ayahmu pernah bertugas di daerah Nagano?”
Saa, dia ditugaskan hanya dua bulan kemudian dipindahkan ke daerah Shibuya sebelum diangkat menjadi kepala polisi disini.”
Souka...”
“Lalu ayah setuju untuk membantumu dan mencari tahu tentang Kudou. Tentu saja aku mendapatkan alamat Kudou dari usahaku sendiri, dan secara tidak sengaja kami menemukan bukti yang menunjukan bahwa kelompok Kudou telah membunuh ayahmu.”
Hontou ni?!
Hontou da!
Yokatta.Chotto matte, pihak sekolah tidak mengetahui perkelahian aku kan??” tanya Kaho sedikit khawatir.
“Tahu, kok. Hanya saja mereka mengira bahwa Kudou lah yang memulainya, dan setelah melihat Kudou jatuh tak sadarkan diri, mereka merasa lega. Mereka berterima kasih kau yang berhadapan dengannya,” jawab Haruma. Haruma tidak dapat menahan rasa gelinya begitu melihat para guru ketakutan ketika tahu ada sekelompok yakuza yang masuk ke dalam sekolah.
Maji ka yo,” sahut Kaho tidak percaya. Kaho tidak dapat membayangkan apa yang terjadi nanti jika dia bertemu dengan para guru dan murid-murid lainnya. Dia pasti akan di cap sebagai wanita yang mengerikan.
Haruma yang sadar raut wajah Kaho berubah langsung menghampirinya setelah menaruh disinfektan dan beberapa plester dan perban, kemudian dia mengacak rambut hitam Kaho sambil tersenyum. “Sudahlah jangan khawatir, aku tetap menjadi temanmu, kok.”
Kaho mendongakan wajahnya dan menatap Haruma. Entah mengapa senyuman khas miliknya mampu menenangkan Kaho dan Kaho dapat mempercayai apa yang dikatakan Haruma.
Arigatou,” ucapnya. “Ngomong-ngomong bagaimana dengan dirimu. Kau berhadapan dengan mereka juga kan?!”
“Ah, tidak apa-apa kok. Tidak luka serius. Tentu saja mereka mengancamku dengan pisau lipat, namun mereka cukup mudah untuk ditaklukan,” jawab Haruma. Dia pun menunjukan luka sayatan di telapak tangan kirinya yang sudah diperban. Kaho menghela nafas lega karena tidak terjadi luka serius dengannya.
“Kau menahan serangan pisau tersebut dengan tanganmu?”
Maa...”
Kaho hanya tertawa sambil mengatakan “Baka”. Dia jadi teringat kejadian yang sama, ketika dia mendapatkan luka sayatan pisau di tangan kirinya karena dia menahan pisau yang hampir menenainya.
Haruma terpana melihat Kaho tertawa seperti itu. Untuk kali pertama, Haruma melihat wajah Kaho seperti tidak memiliki beban dan dia mengalihkan wajahnya agar Kaho tidak dapat melihat wajahnya yang memerah.
“Setelah ini, apa yang akan kau lakukan?” ujar Haruma mengalihkan pembicaraan.
“Tentu saja aku mencari tempat tinggal yang baru, karena aku tidak mau merepotimu lagi, Haru-kun.”
“Baiklah, aku memohon kepadamu untuk tinggal kau tetap tidak merubah keputusanmu, kan?”
Kaho mengangguk.
“Setidaknya ijinkan aku untuk menjemputmu setiap pagi sebelum berangkat sekolah.”
“Eh? A-aa..” Kaho pun tersenyum begitu tahu arti dari perkataan Haruma. “Tentu saja.”
Mendengar Kaho berbicara seperti itu, senyuman Haruma semakin lebar. Setidaknya dia masih bisa bertemu dengan Kaho dan masih berteman dengannya walau dia tidak bisa menjadi pacarnya. Namun Haruma yakin, suatu saat Kaho akan menjadi miliknya, dan Kaho bisa melupakan kesedihannya karena dirinya.Sore itu di ruang kesehatan, Haruma dan Kaho terus mengobrol dengan sesekali diselingi senyuman dan tawa.


終わり

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Catatan a_rahma Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review