Read more at http://lenterablogger.blogspot.com/2012/04/cara-buat-auto-read-more.html#jdBSQSIVISDqbFPD.99

Sabtu, 21 Desember 2013

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Perfilman Indonesia semakin lama semakin membaik. Seperti dunia perfilman Jepang yang rata-rata diangkat dari manga (komik), perfilman di Indonesia banyak mengangkat dari novel-novel terlaris. Satu diantaranya adalah novel yang ditulis oleh Buya Hamka, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
Jujur saya belum pernah membaca novel ini, mengingat ini adalah novel lama yang populer. Namun, saya tertarik dengan filmnya dikarenakan aktor pemerannya, yaitu Herjunot Ali dan Reza Rahardian. Saya bukannlah maniak film Indonesia, sinetron dan ftv saja saya jarang menontonnya, maka dari itu saya mulai 'melirik' Herjunot Ali dari film 5cm dan Reza Rahardian dalam film 'Habibie', maka dari itu ketika melihat gambar poster film TKVDW, saya sangat ingin menontonnya. Saya berfikir 'pasti film ini bagus banget', dan sahabat saya yang saya panggil 'de nchi', mengatakan kalau film ini kesan 'jaman dulunya' seperti film-film Eropa tahun 70-an, dan saya semakin ingin menonton film tersebut. Dan akhirnya, pada tanggal 19 desember kemarin, saya, de nchi dan meru berangkat ke XXI Ciwalk Bandung untuk menonton film tersebut. Alhasil, saya tidak merasa rugi mengeluarkan uang Rp 30.000,- untuk membeli tiketnya karena terbayar dengan film yang sangat memuaskan. Kalau diberi nilai, saya memberi nilai 4.5 dari 5 bintang. Lalu, soundtrack film ini juga sangat pas, 'Sumpah dan Cinta Matiku' yang dibawakan oleh Nidji. Saat menulis ini pun saya sedang mendengarkan lagunya. Angst dari film tersebut masih terasa, karena saya tipe orang yang cengeng, alhasil saat menonton film ini saya menangis dan karena sedikit jaim, saya tidak bisa menangis meraung-raung. Hahahahaha...

"Nusantara 1930, dari tanah kelahirannya Makasar, Zainuddin berlayar menuju tanah kelahiran ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Diantara keindahan ranah negeri Minangkabau ia bertemu Hayati, gadis cantik jelita, bunga di persukuannya. Kedua muda mudi itu jatuh cinta. Apa daya adat dan istiadat yang kuat meruntuhkan cinta suci mereka berdua. Zainuddin hanya seorang melarat tak berbangsa, sementara Hayati perempuan Minang keturunan bangsawan. Lamaran Zainuddin ditolak keluarga Hayati. Hayati dipaksa menikah dengan Aziz, laki-laki kaya berbangsa yang ingin menyuntingnya. Perkawinan, harta dan kecantikan mematahkan cinta suci anak manusia. Zainuddin pun memutuskan untuk berjuang, pergi dari ranah minang dan merantau ke tanah Jawa demi bangkit melawan keterpurukan cintanya. Zainudin bekerja keras membuka lembaran baru hidupnya. Sampai akhirnya ia menjadi penulis terkenal dengan karya-karya mashyur dan diterima masyarakat seluruh Nusantara. Tetapi sebuah kenyataan kembali datang kepada diri seorang Zainuddin, di tengah gelimang harta dan kemashyurannya. Dalam sebuah pertunjukan opera, Zainuddin kembali bertemu Hayati, kali ini bersama Aziz, suaminya. Perkawinan harta dan kecantikan bertemu dengan cinta suci yang tak lekang waktu. Pada akhirnya kisah cinta Zainuddin dan Hayati menemui ujian terberatnya, dalam sebuah tragedi pelayaran kapal Van Der Wijck."

Dan saya masih ingin menonton film ini, tapi tidak di bioskop, saya lebih memilih menonton di kosan karena saya ingin nangis sepuas-puasnya...
hehehehehee...
Dan film ini adalah film ketiga yang membuat saya menangis meraung-raung. Film pertama adalah salah satu episode di dorama 'Saikou no Jinsei Owarikatta' dan film Habibie.
Oh iya, didalam film ini Herjunot Ali berperan sebagai Zainuddin, Pevita Pearce berperan sebagai Hayati dan Reza Rahardian berperan sebagai Aziz.

Majukan perfilman Indonesia!!

2 komentar:

 

Catatan a_rahma Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review